Budaya Literasi : Bentuk Cinta untuk Generasi Selanjutnya

 

OPINI PRIBADI

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatu.
Salam Literasi!

Kali ini saya kembali menulis untuk sebuah event luar biasa yang diselenggarakan oleh sahabatkeluarga-kemdikbud dengan tema "PERAN KELUARGA DAN MASYARAKAT DALAM MEMBUDAYAKAN LITERASI". #SahabatKeluarga #LiterasiKeluarga

Bicara tentang "LITERASI". Menurut Harvey J. Graff (2006), arti literasi adalah suatu kemampuan dalam diri seseorang untuk menulis dan membaca. Menjadi ganjalan besar di pikiran saya ketika kata "Membaca" hanya disandingkan dengan buku atau tulisan, bagaimana dengan kemampuan membaca situasi? atau membaca peluang? ada lagi membaca kemungkinan (prediksi) atau forecasting? atau lebih ekstrim lagi membaca pikiran? maksudnya secara makna membaca itu bagi saya sangat luas.

Karena muara dari "Membaca" bagi saya adalah agar terciptanya generasi yang tinggi tingkat intelektualnya, agar tercipta generasi yang tinggi tingkat pemahamannya, sehingga peradaban masyarakatnya semakin maju, dan berpikiran bersih dengan dasar yang jelas. Maka tidak sekadar membaca buku untuk mencapai semua itu.

Saya coba mencari permisalan yang saya harap bisa menjelaskan maksud opini saya.
Ketika seorang remaja membaca sebuah Novel berjudul Laskar Pelangi. Remaja tersebut mendapatkan banyak hal-hal positif dari pengalamannya membaca novel tersebut, mulai dari motivasi diri, pelajaran moral, dan informasi lainnya.
Kemudian kita bandingkan dengan remaja yang menonton Film berjudul Laskar Pelangi, saya rasa remaja tersebut mendapat pengalaman dan informasi yang serupa dengan sensasi yang sedikit berbeda.

Secara tekstual kegiatan yang kedua remaja itu lakukan sangat berbeda, membaca novel dan menonton film. Namun kedua-duanya itu merupakan kegiatan "Membaca" pesan yang tersirat maupun tersurat dari si Penulis atau Sutradara.

Seperti yang disampaikan oleh akun instagram @sahabatkeluargakemdikbud yang menyampaikan beberapa point ragam literasi, yaitu:

1 . Literasi Baca Tulis
Kemampuan mengakses, memahami, dan mengolah informasi saat membaca dan menulis

2. Literasi Numerasi
Kemampuan memahami peran dan kegunaan berhitung dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan menyelesaikan masalah

3. Literasi Sains
Mengunakan pengetahuan, mengidentifikasi pertanyaan, menarik kesimpulan dalam memahami serta membuat keputusan yang berkenaan dengan alam.

4. Literasi Digital
Kemampuan menggunakan dan mengelola media digital secara bijak, cerdas, cermat, dan tepat untuk berinteraksi serta mendapatkan informasi yang bermanfaat

5. Literasi Finansial
Kecakapan dalam mengelola keuangan demi terciptanya kesejahteraan keluarga

6. Literasi Budaya dan Kewarganegaraan
Mampu memahami, menghargai, dan berpartisipasi dalam budaya. Berpartisipasi secara aktif dan menginisiasi perubahan dalam komunitas dan lingkungan sosial yang lebih besar


Sehingga menurut saya, ruang lingkup membaca ini sangatlah luas. Mencakup semua indera dalam tubuh manusia. Mulai dari mengucap, mendengar, melihat, bahkan sampai merasa, itu merupakan kegiatan membaca. Maka, maksud dari Opini saya adalah, untuk mencapai tujuan besar dari budaya  literasi ini adalah peran keluarga dan masyarakat tidak selesai sampai di bacaan atau buku saja, namun tontonan, lantunan-lantunan lagu, bahkan samapai kebiasaan dan lingkungan sosial perlu diperhatikan. Agar kita bisa memastikan generasi berikutnya dapat membaca dengan baik semua hal-hal positif  yang kakek neneknya tinggalkan.
 

Kemudian jika kita coba hubungkan dengan tema yang diangkat oleh penyelenggara. Maka pertanyaan yang muncul adalah :

1. Apa peran kita ?
2. Apa saja yang harus disiapkan untuk membentuk budaya  literasi yang dimaksud?

Baiklah, saya akan coba menumpahkan pandangan-pandangan pribadi saya terkait tema membudayakan literasi ini.



Apa yang Harus Disiapkan

Kita akan berangkat dari sebuah pertanyaan besar, kita kesampingkan dulu perihal status dan posisi kita. Coba kita benar-benar telisik kembali kedalam hati dan logika kita masing-masing. Seberapa pentingkah budaya literasi ini bagi diri kita? kalau memang tidak begitu penting maka sia-sialah kita bicara panjang lebar. Sama halnya jika kita membahas semisal topik mengenai tema "MELAHIRKAN" karena itu dianggap penting, berkaitan dengan nyawa seseorang dan bersinggungan dengan kebahagian orang yang bersangkutan, maka linear dengan hal tersebut, membahas persiapan KEHAMILAN dan PROSES MELAHIRKANpun menjadi begitu penting.

Oke Back to Point.  Tentu saja budaya membaca itu sangat penting. Kalau kita pikir hal-hal yang sudah saya sebutkan diatas semua berawal dari membaca. untuk mengetahui sebuah alamat kita harus membaca. Untuk mengetahui pola sebuah musim kita harus membaca. Untuk mengambil sebuah keputusan kita juga harus membaca. Bahkan untuk mengetahui tujuan hidup kita harus membaca. Dalam hidup beragamapun kita dituntut untuk membaca. Maka kita bisa sepakati bahwa membaca sangat penting. Mencakup semua lini dalam kehidupan.

https://webcapp.ccsu.edu/?news=1767&data

Tapi, kalau hanya taraf membaca biasa, saya yakin generasi berikutnya minimal sama dengan sebelumnya. Masalahnya adalah, hari esok harus lebih baik dari sebelumnya. Jika kita ingin Negara tercinta kita ini maju peradabannya, maka budaya membaca harus lebih ditingkatkan.

For Your Information : Berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada tahun 2016, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 Negara. Dibawah Malaysia dan Thailand.

Kalau kita mau menjadikan posisi ke-60 ini sebagai alasan agar kita meningkatkan dan secara terus menerus menyuarakan gerakan literasi, tentu saja perigkat ke-60 ini bisa berubah.

Ini berkaitan dengan perilaku literasi di Indonesia. Maka peran keluarga dan masyarakat disinilah yang harus digaris bawahi. Metode yang diterapkan di Negara lain belum tentu cocok jika diterapkan di Indonesia. Maka dari itu unsur yang paling dekat yang diharapkan mampu memahami keinginan generasi muda adalah Keluarga dan masyarakat. Perlu dilakukan pendekatan-pendekatan yang baik dan mudah diterima agar budaya literasi ini bisa benar-benar mebudaya.
 

Tampak Muka, Menarik Perhatian Para Pemuda

Oke, Langsung saja kita bahas. Tidak bisa dipungkiri, generasi muda masa kini memang sangat suka tempat-tempat yang unik dan kekinian, atau mereka sebut instagramable. Jika kita ingin menarik minat para generasi milenial ini kita harus tahu hal-hal yang mereka sukai. Kalau tempat membaca sangat membosankan ya wajar saja kalau mereka lebih suka nongkrong di cafe, atau jalan-jalan sore di taman yang lebih banyak spot untuk berfoto ria. Kita ambil saja contoh dibidang olah raga. Dulu, mungkin masyarakat tidak banyak yang suka berolah raga, namun dengan dibenahinya sarana-prasarana umum, dan didesign dengan ciamik, hasilnya masyarakat lebih tertarik untuk minimal mengisi waktu senggang dengan berjalan jalan sore. Setuju? lalu mengapa kita tidak terapkan hal yang sama di tempat-tempat baca. Ya, minimal generasi muda mau datang ke perpustakaan dulu. Seperti pepatah mengatakan :
Cinta itu datangnya dari mata, lalu turun ke hati
Namun untuk menarik minat generasi muda untuk datang ke perpustakaan atau tempat baca lainnya, faktornya tidak hanya instagramable saja. Faktor lain seperti kenyamanan, kebersihan dan kemudahan akses menjadi penentu juga.

Jadi point pertama peran keluarga dan masyarakat adalah menyiapkan tempat baca yang menarik, dengan kondisi yang nyaman, bersih tempatnya, dan mudah di akses oleh calon pembaca. Untuk ruang lingkup yang lebih kecil adalah membuat pojok baca atau ruangan khusus membaca yang dirapihkan sedemikian rupa sehingga kegiatan membaca menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.

Sekali Dibaca, Sulit untuk Berhenti Membuka Lembaran Selanjutnya

Setelah berhasil meningkatkan eksistensi perpustakaan atau ruang baca yang ada, maka peran selanjutnya adalah "Bahan Bacaan".

Bagi yang memiliki kompetensi yang bagus dalam dunia kepenulisan, maka menulis adalah peran yang penting. Membuat karya-karya yang bermanfaat. Mulai dari kisah anak-anak, novel untuk remaja, buku pengetahuan, berita, atau bacaan lainnya, semua diperlukan.
Apa yang kamu tulis adalah arah perkembangan literasi generasi selanjutnya.
Buku-buku lama memang memiliki daya tarik tersendiri. Tapi, kisah-kisah baru yang lebih reliabel dan relevan dengan kehidupan di era ini menjadi lebih menarik untuk diikuti.

Buku-buku yang mampu mengarahkan pola pikir generasi muda kearah yang lebih baik juga diperlukan. Maka tugas keluargalah untuk memfilter bacaan-bacaan yang masuk.

Biografi tokoh-tokoh berpengaruh juga bagus dijadikan bacaan untuk memotivasi generasi muda. Maka tokoh-tokoh berpengaruh positif bagi generasi milenial juga perlu diangkat. Minimal agar kesuksesannya mendorong para generasi muda ini untuk mengikuti jejaknya.

Tidak berhenti sampai di "Buku", peran para content creator juga sangat dibutuhkan disini. Membuat film-film pendek atau video-video kreatif yang memiliki pesan positif juga sangat cocok untuk di tampilkan. Semisal para pemuda kreatif ini membuat sebuah project film web series yang akan di tayangkan setiap pekan di perpustakaan-perpustakaan. Dengan cerita-cerita yang unik dan menginspirasi Juga salah satu peran masyarakat dalam membudayakan literasi.

Suasana Berkaitan Langsung dengan Perasaan dan Pikiran 

Menciptakan suasana membaca yang baik akan menjadi daya tarik tersendiri untuk kita kembali mengulang aktifitas membaca itu. Otak kita akan menerima sugesti positif dari suasana yang kita alami sehingga akan mempengaruhi hati atau perasaan kita.

Dengan menata atau mendekorasi tempat bacaan dengan gaya tertentu akan memberikan efek tambahan bagi kita.

Dalam ruang lingkup keluarga, untuk membuat anak-anak kita gemar membaca, maka setelah membuat pojok baca yang menarik dan bahan bacaan yang anak sukai, maka moment yang mampu menarik anak untuk membaca adalah "Kebersamaan".

Apakah kita sebagai orang tua sadar, bahwa anak sering berteriak untuk mengajak main ayah atau bundanya? Maka, menemaninya membaca merupakan langkah baik untuk menciptakan moment atau suasana yang seru. Selain untuk membiasakan membaca buku, moment ini juga akan mempererat kedekatan antara orang tua dan anak.

Maka point ke-tiga, peran keluarga dan masyarakat adalah menciptakan suasana yang baik agar generasi muda nyaman dan merasa bahwa membaca adalah kegiatan yang positif baginya.


Munculkan Cahaya di Depan, Maka Kami Akan Ikuti

Tidak bisa kita pungkiri, kita tumbuh mengikuti sosok yang kita sukai karakternya, sikapnya, keahliannya, gayanya, kesuksesannya, kecerdasaanya, prestasinya, dan sebagainya.

Itulah mengapa hal-hal yang menjadi tontonan atau bacaan mulai kita filter. Sebagai orang tua pasti kita sangat khawatir jika anak kita mengikuti sosok yang kurang baik. Maka dalam budaya literasipun demikian, kita perlu memunculkan sosok yang mampu membangun karakter anak-anak kita menjadi lebih baik, sosok yang mampu mendorong semangat juangnya, sosok yang mampu membuat anak-anak kita ini lebih bersemangat untuk mau mempelajari hal-hal positif.

Kita harus mengisahkan tokoh-tokoh yang sukses dan menjadi besar karena kegigihannya dalam berusaha dan kebiasaannya membaca buku, agar generasi muda ini semakin mantap untuk rutin membaca.

Misal, Anak-anak kita sangat tertarik dengan teknologi, kemudian kita sebagai keluarga menunjukkan atau memperkenalkan sosok Bill Gates, seseorang dibalik tenarnya Microsoft yang kabarnya ia selalu membaca 50 buku pertahun, itu artinya sekurang-kurangnya ia selalu membaca 1 buku perminggunya. Harapannya setelah kita memperkenalkan sosok ini maka, anak-anak kita akan termotivasi dan semakin semangat untuk terus membaca. Tentu saja sosok yang kita munculkan harus disesuaikan dengan hal yang cenderung anak-anak kita suka.


Buah Tidak Jatuh Jauh Dari Pohonnya

Setalah jauh membahas point-point diatas, maka langkah akhir yang harus keluarga dan masyarakat lakukan adalah "mencontohkan". Jika kita sebagai orang tua saja tidak membudayakan literasi, maka jangan salahkan anak-anak kita jika mereka juga demikian.

Sebagai orang tua tentu saja memberi contoh lebih efektif ketimbang hanya memberi perintah. Dalam ruang lingkup yang lebih luas, jika kita ingin generasi muda gemar membaca, selain menyiapkan tempat yang menarik, bahan bacaan yang baik, menciptakan moment yang nyaman, generasi muda juga perlu diberi contoh.

Memberi contoh yang dimaksud tidak hanya memberi contoh dalam kegiatan membaca, namun kita juga perlu memberi contoh berbentuk pencapaian atau prestasi-prestasi literasi.

Tentu saja contoh yang kita berikan bisa saja dalam taraf level yang lebih tinggi. Seperti seorang ayah dan ibu yang aktif menulis dan menerbitkan buku, dan itu termasuk prestasi yang sangat baik, secara tidak langsung ayah dan ibu tersebut telah memberi contoh real kepada sang anak bahwa membudayakan literasi itu sungguh bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Jika sang anak sampai ikut merasakan kebanggaan dari prestasi orang tuanya itu, saya yakin si anak tersebut akan mendapatkan dorongan tersendiri untuk bisa berprestasi seperti orang tuanya. Tidak hanya dalam dunia kepenulisan, pencapaian-pencapaian dalam bidang lainnya bisa kita korelasikan dengan budaya literasi ini.

Intinya, kita sebagai Keluarga atau Masyarakat usahakan tidak hanya mampu memberi perintah atau "Menyuruh", alangkah lebih bijak jika kita mampu memberikan contoh yang baik bagi para generasi muda agar mereka mengikuti jejak positif yang telah kita lalui ini.

Kesimpulan

Baik, setelah panjang lebar saya mengoceh, izinkan saya untuk membuat kesimpulan dari hal-hal yang telah saya paparkan.

Pertama terkait dengan Budaya Literasi.
Literasi ini memiliki ruang lingkup yang luas. Sehingga peran keluarga dan masyarakat tidak hanya sekadar menyiapkan buku bacaan saja, tapi mencakup semua indera dalam tubuh manusia. Tontonan, lagu-lagu, lingkungan, sampai dengan adat dan kebiasaan.

Kemudian terkait peran keluarga dan masyarakat.
Dalam celotehan saya diatas saya memaparkan hal-hal yang harus kita persiapkan agar tingkat ketertarikan membaca dalam meningkatkan budaya literasai ini menjadi 5 Point:

1. Menyiapkan tempat yang menarik. Karena generasi muda sekarang sangat mengutamakan unsur estetika dan keunikan sebuah ruangan atau tempat, sehingga kita perlu membuat perpustakaan-perpustakaan menjadi lebih menarik

2. Bahan Bacaan. Setelah tempat, maka yang harus diperhatikan adalah bahan bacaan yang beragam. Tidak hanya buku, namun semua unsur yang memang diperlukan. Film, lagu anak-anak, dan sebagainya. Tentunya tidak hanya kuantitas, namun kualitas perlu diperhatikan.

3. Suasana Membaca. Tempat dan bahan bacaan sudah terpenuhi, maka yang membuat membaca menjadi semakin digemari adalah suasananya yang nyaman dan menyenangkan. Tentu saja dalam ruang lingkup Keluarga ayah dan bunda sebagai oran tua lebih mengerti bagaimana membuat suasana yang nyaman agar si anak gemar membaca.

4. Memunculkan Tokoh Positif.
Memperkenalkan sosok-sosok yang mampu memberi dorongan lebih, dan membentuk karakter menjadi lebih baik. Terlebih jika sosok tersebut mampu mengarahkan pola pikir generasi muda menjadi lebih berkembang dan maju maka hal itulah yang kita harapkan.

5. Memberikan Contoh
Dari semua yang telah disampaikan, memberikan contoh adalah hal yang paling efektif. Maka peran keluarga dan masyarakat adalah memberikan contoh positif kepada generasi muda agar membudayakan literasi dalam kehidupan sehari-hari.

Kita menulis hari ini adalah bentuk budaya literasi
Tulisan kita hari ini adalah Bentuk cinta untuk Generasi Selanjutnya

Semoga bermanfaat.
Tulisan ini diikut sertakan dalam event Lomba Blog Pendidikan Keluarga

#SahabatKeluarga #LiterasiKeluarga

Previous
Next Post »

2 comments

Write comments
Anonymous
AUTHOR
September 8, 2019 at 7:38 PM delete

���� Bagus pandangannya, tapi baru sebatas permisalan ��

Reply
avatar
September 8, 2019 at 7:41 PM delete

Semoga saya diberi kesempatan dan kemampuan buat merealisasikan ocehan saya,, hehehe

Reply
avatar